Wednesday, November 16, 2011

. Membuat Tanda Salib

Tanda Salib

Kemudian Anda membuat tanda salib. Lakukan dengan perlahan. Tidak buru-buru, tidak sembarangan – tapi hati-hati dan dengan hormat. Misteri terdalam iman kita terkandung di sini. Mari kembali lagi ke cerita yang saya katakan di awal mengenai Gunung Athos.

Sementara di sana, saya berkesempatan untuk berbicara dengan seorang umat awam pemuda Yunani, yang menunjukkan kepada saya bahwa umat Katolik membuat tanda salib terbalik. Itu bukan cara oikumenis untuk melakukannya! Tapi ada sesuatu di balik apa yang dia katakan. Anda tahu bagaimana tradisi Bizantium membuat tanda salib: dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah disatukan dan dua jari lainnya menempel bersama ke telapak tangan.

Tiga jari melambangkan Tritunggal, dan dua jari melambangkan dua kodrat Kristus: Ilahi dan manusia. Melakukan tanda salib kemudian menjadi katekese mini, pengingat diri terhadap misteri yang paling dasar dari iman kita. Tetapi cara memegang jari-jari Anda bukanlah satu-satunya perbedaan. Tradisi timur membuat tanda salib dari [bahu] kanan ke kiri, sedangkan kita membuatnya dari kiri ke kanan. Mengapa?

Sungguh menarik untuk dicatat bahwa pada abad ke-13, Paus Innocentius III (semasa dengan St Fransiskus dari Asisi) mengajar umat beriman tentang makna tanda salib dalam kata-kata ini: “Tanda salib dibuat dengan tiga jari, karena penanda-an tersebut dilakukan bersama-sama dengan seruan kepada Tritunggal. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, karena Kristus turun dari langit ke bumi, dan dari orang-orang Yahudi (kanan) Ia [kemudian] menuju kepada bangsa-bangsa lain (kiri).”

Perhatikan bahwa Paus Innocent menggambarkan bagaimana kebiasaan di Barat. Pada abad ke-13 Gereja Timur dan Barat masih membuat tanda salib dengan cara yang sama. Paus melanjutkan dengan mengatakan: “Orang lain, bagaimanapun, membuat tanda salib dari kiri ke kanan, sebab dari kesengsaraan (kiri) kita harus menyeberang menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan dari Hades ke Surga [Beberapa imam] melakukannya dengan cara ini sehingga mereka dan orang-orang akan menandai diri sendiri dalam cara yang sama.”

Anda dapat dengan mudah mengecek ini -bayangkan saat imam menghadap umat untuk memberi berkat- ketika dia membuat tanda salib atas umat, itu dilakukan dari kiri ke kanan. ” Jadi orang, meniru tanda pemberkatan dari imam, mulai menandai diri dari kiri ke kanan. Demikianlah, selama berabad-abad berlalu sejak itu, dan kami di Barat membuat tanda salib dari kiri ke kanan, dengan telapak tangan terbuka.”

Salah satu prinsip liturgi yang penting: selalu sulit dan sering tidak diinginkan untuk melompat kembali melintasi masa berabad-abad untuk [melakukan lagi] beberapa praktek liturgis yang ideal di masa lalu. Itulah yang disebut Paus Pius XII pada Mediator Dei sebagai “archeologism.” Anda tidak dapat menghapus [apa yang terjadi] pada abad setelahnya. Alih-alih, prinsipnya adalah kontinuitas (keberlangsungan) dengan tradisi (saya ingatkan, saya tidak berkata mengenai tradisi yang menjadi fosil, tetapi tradisi yang hidup). Jadi cara Barat membuat tanda salib adalah perkembangan yang valid dari tradisi liturgis.

Ketika kita membuat tanda salib, apakah kita menyadari artinya? Dengarkan apa yang Guardini mengatakan tentang ini: “Ketika kami membuat tanda salib, jadikan itu dengan tanda salib nyata. Alih-alih gerakan kecil yang tidak memberikan gagasan apa artinya, mari kita membuat tanda besar dengan tidak terburu-buru, dari dahi ke dada, dari bahu ke bahu, dengan sadar merasakan bagaimana [tanda ini] mencakup seluruh diri kita, pikiran kita, sikap kita, tubuh dan jiwa kita, setiap bagian diri kita sekaligus, bagaimana tanda ini menguduskan dan menyucikan kita. Demikianlah itu karena itu adalah tanda. alam semesta dan tanda penebusan kita. Di kayu salib Kristus menebus umat manusia. Dengan salib Ia menguduskan manusia hingga titik terakhir penderitaan-Nya.”

Dalam Liturgi, ada banyak kesempatan untuk kita membuat tanda salib:

  • dengan air suci sebelum Misa dimulai;
  • pada awal Misa itu sendiri;
  • di Injil: “semoga Tuhan memurnikan pemahaman saya, perkataan saya, dan hati saya, sehingga saya dapat menerima kata-kata Injil”;
  • kita membuat tanda salib dalam ritus baptisan, untuk pengurapan orang sakit, untuk eksorsisme, ketika kita berdoa sepanjang hari;
    di Ofisi (Ibadat) Ilahi, kita membuat tanda salib ketika kita memulai Benedictus dan Magnificat, karena mereka adalah kidung Injil, dan Injil berarti Kristus sendiri.

Di perpustakaan Sant’ Anselmo di Roma, tempat di mana saya menghabiskan banyak waktu, ada lantai mosaik yang menggambarkan salib Kristus, dikelilingi oleh kata-kata: “Ave Crux, Spes Unica. Hail O Cross, Our only hope!” Salib Kristus memang benar satu-satunya harapan kita -tidak ada keselamatan dalam nama lain. Jadi ketika kita membuat tanda salib, yang kita lakukan berkali-kali setiap hari, mari kita lakukan dengan baik!

In Nomen Patris, Et Filli, Et Spiritu Sancti, Amen.

In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit,amen.

dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,amin.

No comments: