LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA
FISIKA 1
TETAPAN
LAJU REAKSI DAN ENERGI AKTIVASI
Disusun oleh:
Nama : Yovita Novi
NIM : H23111003
Kelompok : 1 (SATU)
Tgl Praktikum : 17 Desember 2012
Dosen : Berlian sitorus,S.si.,M.si / Intan Syahbanu M.si
Asisten : Bella Melisani
Prodi : Kimia
Anggota kelompok : 1.
Yovita Novi
2. Irma Ramadhani F
3. Safitri Ulfah Ramadhani
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari
laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapacepat atau
lambat reaksi
berlangsung. Merubah konsentrasi dari suatu zat di dalamsuatu reaksi biasanya merubah juga laju reaksi. Persamaan laju
menggambarkanperubahaan ini secara matematis. Orde reaksi adalah bagian
dari persamaan laju.Sebagai contoh seberapa
cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi,seberapa cepat reaksi
suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi, luas permukaan sentuhan,
suhu, dan katalis.
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat
seperti reaksi penetralan antara larutan asam klorida dan
larutan natrium hidroksida, ada pula yang berlangsung sangat lambatseperti
pelapukan kimia yang dialami batu karang.
Suatu reaksi kimia dapat dipercepat atau diperlambat.Dalam industri, reaksi
kimia perlu dilangsungkan pada kondisi tertentu agar produknya dapat diperoleh dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Reaksi dapatdikendalikan dengan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya.Berdasarkan teori tersebut maka dilakukanlah
percobaan ini
1.2 Prinsip
Percobaan
Penentuan
konstanta kecepatan reaksi dan energi aktivasi antara KI dengan K2S2O8
dengan bantuan katalis Na2S2O3 sebagai
pengikat akan ditentukan konstanta reaksi dan energi aktivasi berdasarkan
konsentrasi terhadap satuan waktu dengan menggunakan variasi volume dan suhu
serta penambahan Amilum sebagai indikator yang akan mendeteksi laju reaksi dan
energi aktivasi dengan perubahan warna larutan bening menjadi biru keunguan.
Rx:
Kx=>
S2O32-
+ 2I à
2SO42- + I2
1.3 Tujuan
Percobaan
Menentukan
konstanta reaksi dan energi aktivasi antara KI dengan K2S2O8;
dapat mengukur suhu dua sampel sekaligus serta terampil dalam analisis
kecepatan reaksi dan energi aktivasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kinetika
kimia mempelajari tentang kecepatan reaksi-rekasi kimia serta mekanismenya.
Reaksi-reaksi tersebut ada yang berjalan lambat, cepat, bahkan ada yang sangat
lambat. Tujuan utama dari kinetika kimia ini yaitu menjelaskan bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi dan reaksi serta mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan(laju reaksi) yaitu (Sastrohamidjojo,2002):
a.
Jenis/sifat
dasar pereaksi, sifat pereaksinya ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif.
Ex: bensin lebih mudah terbakar dibanding minyak tanah.
b.
Temperatur,
hampir semua reaksi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang
diberikan akan menambah kinetik partikel pereaksi akibat jumlah dari energi
bertabrak bertambah besar.
c.
Katalis,
suatu laju reaksi dapat diubah, umumnya dapat dipercepat dengan menambah zat
yang disebut katalis.
d.
Konsentrasi pereaksi, dua molekul pereaksi
harus bertabrak langsung. Ika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti
kecepatannya bertambah dan akan mempercepat reaksi.
Laju
suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi
atau laju bertambahnya konsentrasi disuatu produk. Konsentrasi dinyatakan dalam
mol/L, tetapi untuk suatu gas dapat menggunakan mmHg(milimeter merkurium) atau
pascal(Keenan,dkk,1991). Perubahan laju reaksi/konsentrasi setiap unsur dibagi
dengan koefisien dalam persamaan yang setimbang. Laju perubahan reaktan muncul
dengan tanda negatif dan laju perubahan produk dengan tanda
positif(Oxtoby,dkk,2001):
aA + bB à cC + dD. Laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai V = K[A]m[B]n, dengan pangkat m dan n adalah pangkat bulat kecil dan tidak berhubungan dengan koefisien
a dan b (Petrucci,1992).
Energi
aktivasi adalah energi yang menerangkan panas minimal yang harus dimiliki
molekul-molekul sebelum reaksi berlangsung. Menurut teori tumbukan, sebelum
terjadi reaksi molekul-molekul pereaksi harus bertumbuk. Pada tumbukan ini,
sebagian molekul menbentuk molekul-molekul yang aktif. Molekul-molekul ini
kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks
yang aktif. Molekul-molekul ini harus memiliki energi minimum yang disebut
energi aktivasi(Oxtoby,dkk,2001; Sukardjo,1990).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-alat
yang digunakan yaitu gelas beaker, batang pengaduk, pipie tetes, pipet volume,
stopwatch, spatula, thermometer, cawan petri, bulb, labu ukur, Erlenmeyer,
penangas air, ember, dan lain-lain.
3.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan yaitu akuades ( es batu juga), amilum, larutan kalium iodida(KI), larutan kalium
peroksodisulfat(K2S2O8), dan larutan natrium tiosulfat(Na2S2O3).
3.3
Cara Kerja
Pertama-tama,
pembuatan larutan
KI, K2S2O8, Na2S2O3,
dan amilum. Ditepatkan
larutan dengan akuades samapi tanda batas (250ml) labu ukur. Setelah
larutan telah tersedia,
menyediakan tiga
erlenmeyer yang telah diberi label, pertama erlenmeyer yang berisi KI saja
erlenmeyer kedua berisi K2S2O8
dan Erlenmeyer
ketiga berisi Na2S2O3.
Erlenmeyer
pertama diisi KI sebanyak 5 ml, kemudian diukur suhunya hingga 20oC.
Erlenmeyer kedua diisi K2S2O8 1ml dan Na2S2O3
2,5ml, dan ditambahkan 6 tetes amilum yang dipanaskan. Kemudian diukur suhunya
hingga 20oC. Jika suhunya kurang dari 20oC maka laruatn
dipanaskan hingga mencapai 20oC. Sedangkan jika suhunya lebih dari
20oC maka larutan didinginkan dengan air es.
Setelah
suhu kedua larutan sama, maka kedua laruatan dicampurkan, saat itu lah
menghidupkan stopwatch,
untuk mengukur laju reaksi larutan tersebut, sambil mengitung waktu perubahan yang terjadi, larutan terus diaduk tanpa henti sampai terjadi perubahan
warna menjadi biru keunguan yang menunjjukan bahwa proses boleh dihentikan,
demikian jugan dengan stopwatchnya. Dicatat waktu saat proses tersebut.
setelah itu dilakukan perlakuan yang sama untuk volume K2S2O8 3ml dan 5ml dengan perlakuan yang sama pada suhu 25 oC dan 30 oC.
setelah itu dilakukan perlakuan yang sama untuk volume K2S2O8 3ml dan 5ml dengan perlakuan yang sama pada suhu 25 oC dan 30 oC.
3.4
Rangkaian Alat
Gambar 1. Rangkaian percobaan laju reaksi dan energi
aktivasi
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
V K2S2O8
|
V Na2S2O3
|
V KI
|
Amilum
|
Suhu (T)
|
T (s)
|
Perubahan warna
|
|
1ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
20oC
|
9 menit 33 detik
|
kuning
|
|
3ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
20oC
|
9 menit 29 detik
|
kuning
|
|
5ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
20oC
|
3 memit 18 detik
|
biru
|
|
1ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
25oC
|
7 menit 47 detik
|
kuning
|
|
3ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
25oC
|
2 menit 36 detik
|
biru
|
|
5ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
25oC
|
1 menit 46 detik
|
kuning
|
|
1ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
30 oC
|
6 menit 18 detik
|
biru
|
|
3ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
30 oC
|
2 menit 22 detik
|
kuning
|
|
5ml
|
2,5ml
|
5ml
|
6 tetes
|
30 oC
|
2 menit 33 detik
|
biru
|
4.2 Pembahasan
Mendengar laju reaksi tak lepas dari kinetika kimia, dimana kinetika kimia
menjelaskan mengenai bagaimana laju bergantung pada konsentrasi dan reaksi
sertaa mekanisme reaksinya berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari
percobaan. Laju rekasi adalah waktu perubahan konsentrasi pereaksi atau produk
dalam satuan waktu. Dapat pula dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi
pereaksi atau bertambahnya konsentrasi di suatu produk. Laju reaksi berhubungan
pula dengan tumbukan-tumbukan antar molekul akibat adanya penambahan zat
tertentu, pengaruh suhu, luas permukaan maupun konsentrasi suatu zat, sehingga
ini erat kaitannya dengan energi aktivasi yang merupakan energi minimum yang
dimiliki oleh suatu molekul untuk bertumbukan. Dalam percobaan ini dibantu pula
oleh katalis, yang dimana katalis dapat membantu mempercepat laju rekasi.
Pada praktikum kali
ini, telah dilakukan percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Faktor-faktor tersebut yaitu konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan
katalis.
Pada percobaan
pertama dilakukan pengamatan faktor laju reaksi, yaitu konsentrasi, yang
dilakukan dengan mereaksikan K2S2O8
bersama Na2S2O3 yang konsentrasinya berbeda-beda.
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Jika konsentrasi suatu zat semakin besar
maka laju reaksinya semakin cepat pula, begitu juga sebaliknya. Suatu larutan
dengan konsentrasi pekat mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan dengan larutan yang berkonsentrasi kecil (encer), sehingga lebih
mudah dan lebih sering bertumbukan. Itulah sebabnya, makin besar konsentrasi
suatu larutan, maka semakin cepat pula laju reaksinya.
Pada
percobaan kedua, dilakukan pengamatan terhadap suhu. Pencampuran antara K2S2O8 dengan Na2S2O3,
sebanyak masing-masing 1 ml, 3 ml, dan 5 ml; dan 2,5 ml Na2S2O3 untuk setiap volume K2S2O8 , diperlukan waktu yang bervariasi. Dari data percobaan dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu semakin sedikit
waktu yang diperlukan larutan untuk bereaksi, artinya larutan bereaksi cepat. Hal ini disebabkan
karena suhu turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju
reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil dan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk bereaksi.
Pada
percobaan terakhir, dilakukan pengamatan katalis dalam laju reaksi. Katalis
adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Dalam percobaan
ini digunakan katalis Na2S2O3.
Dalam percobaan ini digunakan
sebuah indicator berupa indicator amilum, yang akan mendeteksi warna biru
keunguan pada titik akhir laju reaksi. Ketika memipet amilum harap
diperhatikan, karena ketika benyak bagian akuades yang dipipet akan memyebabkan
warna menjadi kuning, hal ini juga karena amilun dalam keadaan tidak panas ,
sehingga membuat amilum tidak aktif bereaksi, mak sangat perlu pemanasan dan
ketelitian dalam pemipetan indikatir ini. Ketika mengukur laju reaksi dilakukan
pengadukan terus menerus yang berfungsi untuk membantu proses reaksi, agar
larutan tidak pasif.
Pada pembuatan larutan Na2S2O3 digunakan air panas, hal ini
untuk menambah daya oksidasi Na2S2O3 bagi laju reaksi.
Fungsi suhu berbanding lurus dengan laju reaksi, semakin tinggi suhu,
semakin cepat reaksi yang terjadi.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Suhu 0C
|
Harga K
|
|||
20
|
||||
25
|
||||
30
|
5.2
Saran
Untuk percobaan kedepannya, mungkin dapat menggunakan
katalis lain seperti K2CrO7 dan KMnO4.
DAFTAR
PUSTAKA
Oxtoby,D.W, Gilles.H.P,dan N.N.2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern. Erlangga. Jakarta
Petrucci,R.H.1992. Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan.Erlangga. Jakarta.
Sastrohamidjojo,H.2001. Kimia Dasar. UGM Press
Yogyakarta.
Sukardjo.1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
LAMPIRAN
-
Data pengamatan sementara
-
Perhitungan
-
Grafik
-
Jawaban pertanyaan
-
Journal
Perhitungan
1.
Penentuan
nilai K
a.
Pada volume K2S2O8
1ml ( )
Diketahui : V K2S2O8L
M K2S2O8 M
V KI L
M KI M
n K2S2O8M
= 2.10-5
n KI M
= 2.10-3
n awal :
2.10-5 2.10-3
n
reaksi : 2.10-5 4.10-5 -
n akhir :
-
b.
Pada volume K2S2O8
3ml ( )
Diketahui : V K2S2O8L
M K2S2O8 M
V KI L
M KI M
n K2S2O8M
= 6.10-5
n KI M
= 2.10-3
n awal :
6.10-5 2.10-3
n
reaksi : 6.10-5 1,2.10-4 -
n akhir :
-
c.
Pada volume K2S2O8
5ml ( )
Diketahui : V K2S2O8L
M K2S2O8 M
V KI L
M KI M
n K2S2O8M
= 1.10-4
n KI M
= 2.10-3
n awal :
1.10-4 2.10-3
n
reaksi : 1.10-4 2.10-4 -
n akhir :
-
T(OC)
|
V K2S2O8
|
(b-2x) mol
|
ln(b-2x)
|
t(s)
|
K
|
20
|
1ml
|
-6,235
|
573
|
||
20
|
3ml
|
-6,276
|
569
|
||
20
|
5ml
|
-6,319
|
198
|
T(OC)
|
V K2S2O8
|
(b-2x) mol
|
ln(b-2x)
|
t(s)
|
K
|
25
|
1ml
|
-6,235
|
467
|
||
25
|
3ml
|
-6,276
|
156
|
||
25
|
5ml
|
-6,319
|
106
|
T(OC)
|
V K2S2O8
|
(b-2x) mol
|
ln(b-2x)
|
t(s)
|
k
|
30
|
1ml
|
-6,235
|
378
|
||
30
|
3ml
|
-6,276
|
142
|
||
30
|
5ml
|
-6,319
|
153
|
Grafik hubungan antara ln(b-2x)
terhadap waktu pada suhu 20 OC
a.
Pada
volume K2S2O8 = 1ml
pada suhu 20
OC
ln(b-2x)
-6,235 - 6,3531
0,1181
b.
Pada volume K2S2O8 = 3ml pada suhu 20
OC
ln(b-2x)
-6,276 - 6,3531
0,0771
c.
Pada volume K2S2O8 = 5ml pada suhu 20
OC
ln(b-2x)
-6,319198 - 6,3531
0,0341 198
Grafik hubungan antara ln(b-2x)
terhadap waktu pada suhu 25 OC
a.
Pada
volume K2S2O8 = 1ml
pada suhu 25
OC
ln(b-2x)
-6,235 - 6,3245
0,0895
b.
Pada volume K2S2O8 = 3ml pada suhu 25
OC
ln(b-2x)
-6,276 - 6,3245
0,0485
c.
Pada volume K2S2O8 = 5ml pada suhu 25
OC
ln(b-2x)
-6,319 - 6,3245
5,5.10-3
Grafik hubungan antara ln(b-2x)
terhadap waktu pada suhu 30 OC
a.
Pada
volume K2S2O8 = 1ml
pada suhu 30
OC
ln(b-2x)
-6,235 - 6,3359
0,1009
b.
Pada volume K2S2O8 = 3ml pada suhu 30
OC
ln(b-2x)
-6,276 - 6,3359
0,0599
c.
Pada volume K2S2O8 = 5ml pada suhu 30
OC
ln(b-2x)
-6,319 - 6,3359
0,0169
Grafik
Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O8 1ml
T(K)
|
1/T (x)
|
k
|
ln k(y)
|
293
|
0,0034
|
-8,49
|
|
298
|
0,00335
|
-8,56
|
|
303
|
0,0033
|
-8,23
|
Ea
Ea
21616,4 J
21,6 KJ
Grafik
Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O8 3ml
T(K)
|
1/T (x)
|
k
|
ln k(y)
|
293
|
0,0034
|
-8,90
|
|
298
|
0,00335
|
-8,07
|
|
303
|
0,0033
|
-7,77
|
Ea
Ea
93948,4 J
93,9 KJ
Grafik
Hubungan antara ln k dan 1/T pada V K2S2O8 5ml
T(K)
|
1/T (x)
|
k
|
ln k(y)
|
293
|
0,0034
|
-8,67
|
|
298
|
0,00335
|
-9,87
|
|
303
|
0,0033
|
-9,09
|
y
Ea
Ea
J
KJ
Jawaban
pertanyaan
1.
Dalam
Kalium Iodida terdapat undur iod disana yang sedikit larut dalam air, jadi
ketikat dilarutkan dengan air, agak kelihatan sulit larut, walaupun sebenarnya
dia larut, namun sedikit, hal ini lah yang membuat KI lebih pekat dibandingkan
dengan K2S2O8 dan Na2S2O3
yang lebih encer karena mereka dapat larut banyak dengan air.
2.
Dari
harga waktu yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu sampel
yang direaksikan, semakin cepat waktu bereaksi karena waktu yang diperlukan
semakin sedikit.
3.
Dik
: Ea= 20kkl/mol
T =250C, kanaikan 10C
Dit :
kenaikan kecepatan reaksi?
Jawab:
2 comments:
Wow! Sangat Detil.. Hebat!
Gambarnya gk tampil mbak...hehe
Post a Comment