LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA 1
TERMOKIMIA
Disusun oleh:
Nama : Yovita Novi
NIM : H23111014
Kelompok : 1
(SATU)
Tgl Praktikum : 21 Desember 2012
Dosen : Berlian sitorus,S.si.,M.si / Intan syabanu M.si
Asisten
: Erlindawati/Nelvira
Prodi : Kimia
Anggota kelompok : 1.
Safitri Ulfah Ramadhani
2. Irma Ramadhani F
3. Safitri Ulfah Ramadhani
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Termokimia
adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor dalam suatu reaksi kimia. Kalor
pada suatu reaksi kimia dalam sistem terbagi atas dua, yaitu kalor yang dapat
dilepaskan (eksoterm) dan kalor reaksi yang dapat diserap (endoterm). Jumlah
perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan alat yang
bernama kalorimeter dimana yang diukur pada alat ini adalah temperaturnya.
Prinsip kerja kalorimeter adalah dengan cara mengisolasi kalor dalam sistem
agar kalor nya tidak berpindah ke lingkungan (kalornya tetap terjaga).
Aplikasi
dari termokimia adalah penggunaan termos air panas, dimana termos air panas
selalu menjaga kalor/panas dari sistem agar perpindahan kalor/panas dari sistem
ke lingkungan menjadi lambat dan air yang didalam termos menjadi tetap panas.
1.2 Prinsip percobaan
Penentuan
tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan mencampurkan air panas dan air
dingin lalu mengukur suhunya dengan waktu tertentu. Penentuan kalor reaksi Zn
dengan CuSO4 dapat ditentukan dengan mengukur suhu awal CuSO4
lalu mencampurkan Zn ke CuSO4 atau kalorimeter. Suhunya diukur pada
selang waktu tertentu. Penentuan kalor pelarutan etanol dan air dilakukan
dengan mengukur suhu awal air dan etanol lalu mencampurkannya kedalam
kalorimeter. Suhu pencampuran diukur selama beberapa menit dengan selang waktu
tertentu. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH dengan cara mengukur suhu HCl
dan NaOH, setelah suhu antara HCl dan NaOH sama, dimasukkan kedalam kalorimeter
dan ukur suhu campurannya selama beberapa menit dengan selang waktu tertentu.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Zn
+ CuSO4 → ZnSO4 + Cu
HCl
+_ NaOH →
NaCl + H2O
1.3 Tujuan percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuki mempelajari perubahan energi yang menyertai
reaksi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.1 Termokimia dan
Kalor reaksi
Termokimia
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia.
Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung setiap unsur
atau senyawa. Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu sistem maupun lingkungan.
Sistem dapat berupa gas, uap air dan uap dalam kontak dengan cairan. Secara
umum sistem dibagi 3 macam yaitu ( Atkins,1990 ; Brady,1999 ) :
1. Sistem
terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran energi dan
materi ke lingkungan. Contohnya suatu zat dalam gelas kimia.
2. Sistem
tertutup merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran energi tanpa
pertukaran materi ke lingkungan. Contohnya sejumlah gas dalam silinder yang
dilengkapi penghisap.
3. Sistem
terisolasi merupakan sistem yang tidak ada pertukaran energi maupun materi ke
lingkungan.
Kalor adalah
perpindahan energi termal. Kalor mengalir dari satu bagian ke bagian lain atau
dari satu sistem ke sistem lain, karena adanya perbedaan temperatur. Besarnya
kalor reaksi bergantung pada ( Alberty dan Daniels, 1992 ) :
1. Jumlah
zat yang bereaksi
2. Keadaan
fisika
3. Temperatur
4. Tekanan
5. Jenis
reaksi (Ptetap atau Vtetap)
Kalor reaksi
kalor adalah kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana. Contoh ( Oxtoby dkk, 2001 ) :
3
H2(g) + N2(g) → 2 NH3(g) ∆H
= -92 KJ
Ditinjau dari
jenis reaksi, terdapat beberapa jenis reaksi yaitu kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor penetralan, kalor reaksi dan kalor pelarutan ( Basri,2002).
4.1.2
Hukum Hess
Menurut
hukum Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi (panas sekali)
tidak bergantung pada cara bagaimana reaksi tersebut berlangsung, hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir (Oxtoby dkk, 2001).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat
Alat-
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Batang pengaduk, Bulb, Cawan
petri, Erlenmeyer, Gelas beaker, Kalorimeter, Pipet volume, Sendok stainlis dan
Termometer.
3.1.2
Bahan
Bahan-
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Akuades ( H2O ), Asam
klorida ( HCl ), Etanol, Natrium hidroksida ( NaOH ), Tembaga (II) sulfat, dan
Zink
3.2
Prosedur
kerja
3.2.1
Penentuan
tetapan kalorimeter
Untuk
menentukan tetapan kalorimeter yang harus dilakukan adalah dimasukkan akuades
sebanyak 20 mL kedalam gelas beaker, kemudian ukur temperaturnya. Dipanaskan
akuades yang berbeda sebanyak 20 mL dalam gelas beaker dan dicatat
temperaturnya. Kemudian, dicampurkan akuades dingin dan akuades panas kedalam
kalorimeter, diaduk atau dikocok sebentar. Kemudian amati temperaturnya selama
10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah pencampuran dilakukan.
3.2.2
Penentuan
kalor reaksi Zn(s) + CuSO4
Dimasukkan
40 mL larutan CuSO4 1 M kedalam kalorimeter. Dicatat temperatur
selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Ditimbang dengan teliti 3 gr
bubuk Zn dan dimasukkan kedalam larutan CuSO4 atau kedalam
kalorimeter dan dikocok. Dicatat temperatur dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran selama 10 menit. Diukur kenaikan temperatur dengan menggunakan
grafik.
3.2.3
Penentuan
kalor pelarutan Etanol dalam air
Dimasukkan
18 mL air kedalam kalorimeter, diukur temperaturnya selama 2 menit dengan
selang waktu 0,5 menit. Diukur temperatur 29 mL etanol didalam gelas beaker
selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Dan dimasukkan etanol kedalam
kalorimeter, dikocok dan dicatat temperatur selama 4 menit dengan selang waktu
0,5 menit.
3.2.4
Penentuan
kalor penetralan HCl dan NaOH
Dimasukkan 20 mL
HCl 2 M kedalam gelas beaker, dicatat temperatur HCl. Diukur 20 mL NaOH 2,05 M,
dicatat temperatur nya ( Diatur temperatur agar sama dengan temperatur HCl ).
Dicampurkan secara bersamaan kedalam kalorimeter. Dicatat temperatur campuran
selama 5 menit dengan selang waktu 0,5 menit.
3.3
Rangkaian
alat
Gambar
3.1 Kalorimeter
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan tetapan kalorimeter
T
dalam menit
|
T campuran pada menit
|
||
T₁ ᵒC
|
T₂ᵒC
|
T₃ᵒC
|
|
1
|
33
|
31
|
33
|
2
|
32
|
31
|
33
|
3
|
32
|
31
|
33
|
4
|
32
|
31
|
32,5
|
5
|
32
|
31
|
32,5
|
6
|
31
|
31
|
32
|
7
|
31
|
31
|
32
|
8
|
31
|
31
|
32
|
9
|
31
|
31
|
32
|
10
|
31
|
30
|
32
|
I.
T1 = 28ᵒC
T2 = 38ᵒC
II.
T1 = 29ᵒC
T2 = 39ᵒC
III.
T1 = 29ᵒC
T2 = 39ᵒC
4.1.2 Penentuan kalor Penetralan
HCl dan NaOH ( kalorimeter I )
waktu
|
TᵒC
|
0,5
|
38
|
1
|
37,5
|
1,5
|
37
|
2
|
37
|
2,5
|
37
|
3
|
37
|
3,5
|
37
|
4
|
37
|
4,5
|
37
|
5
|
36,5
|
TᵒHCl
=
TᵒNaOH
=
28ᵒC
4.1.3 Penentuan kalor Zn + CuSO4
( kalorimeter 2 )
TᵒC awal
t menit
|
TᵒC CuSO₄
|
0,5
|
29,5
|
1
|
29
|
1,5
|
29
|
2
|
29
|
T ᵒC campuran
waktu
|
TᵒC
|
1
|
33,5
|
2
|
35
|
3
|
36
|
4
|
36
|
5
|
36
|
6
|
36
|
7
|
36
|
8
|
36
|
9
|
36
|
10
|
36
|
4.1.4 Penentuan kalor pelarutan
etanol dan air ( kalorimeter 3 )
No
|
volume ( cm³)
|
suhu pada menit ke
|
suhu campuran pada menit ke
|
|||||
Air
|
etanol
|
t ( menit)
|
TᵒC
|
|||||
air
|
etanol
|
t (menit)
|
TᵒC
|
t (menit)
|
TᵒC
|
|||
1
|
18
|
29
|
0,5
|
26
|
0,5
|
29
|
0,5
|
33
|
1
|
26
|
1
|
29
|
1
|
33
|
|||
1,5
|
26
|
1,5
|
29
|
1,5
|
33
|
|||
2
|
26
|
2
|
29
|
2
|
33
|
|||
2,5
|
32
|
|||||||
3
|
32
|
|||||||
3,5
|
32
|
|||||||
4
|
32
|
|||||||
2
|
27
|
19,3
|
0,5
|
29
|
0,5
|
28
|
0,5
|
34
|
1
|
29
|
1
|
27
|
1
|
34
|
|||
1,5
|
29
|
1,5
|
27
|
1,5
|
34
|
|||
2
|
29
|
2
|
27
|
2
|
34
|
|||
2,5
|
34
|
|||||||
3
|
34
|
|||||||
3,5
|
34
|
|||||||
4
|
34
|
|||||||
3
|
36
|
14,5
|
0,5
|
28
|
0,5
|
27
|
0,5
|
34
|
1
|
28
|
1
|
27
|
1
|
34
|
|||
1,5
|
28
|
1,5
|
27
|
1,5
|
34
|
|||
2
|
28
|
2
|
27
|
2
|
34
|
|||
2,5
|
34
|
|||||||
3
|
34
|
|||||||
3,5
|
34
|
|||||||
4
|
34
|
4.2 Pembahasan
Termokimia
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia.
Termokimia mencakup kalor yang diserap atau dilepaskan dalam reaksi kimia,
sumber perubahan fase, atau dalam pengenceran suatu larutan. Didalam ilmu
kimia, sumber perubahan energi tambahan yang penting berasal dari kalor yang
diberikan atau diambil dari isinya membentuk sistem. Jadi kalor dapat diukur
secara tidak langsung dengan cara mengukur kerja.
Perubahan
kalor dapat diamati pada tekanan konstan dan sistem yang diamati menyangkut
cair-padat sehingga perubahan volume dapat diabaikan. Akibatnya kerja yang
bersangkutan dengan sistem dapat pula diabaikan (P∆V
= 0). Oleh karena itu, perubahan entalpi (∆H) sama dengan perubahan energi
dalam (∆U).
Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu sistem maupun lingkungan. Sistem
dapat berupa gas, uap air, dan uap dalam kontak dengan cairan. Secara umum,
sistem dibagi 3 macam yaitu, sitem terbuka, sistem tertutup dan sistem
terisolasi. Sistem terbuka merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran energi dan materi ke lingkungan. Sistem tertutup merupakan suatu
sistem yang memungkinkan terjadi nya pertukaran energi tanpa pertukaran materi
ke lingkungan. Dan sistem terisolasi merupakan suatu sistem yang tidak ada
pertukaran energi dan materi ke lingkungan.
Kalor
adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kalor
terbagi atas beberapa jenis, yaitu kalor pembentukan, kalor penguraian, kalor
penetralan, kalor reaksi dan kalor pelarutan.
Kalor
pembentukan adalah kalor yang menyertai pembentukan satu mol senyawa langsung
dari unsur-unsurnya. Contohnya amonia (NH3), harus dibuat dari gas Nitrogen
dan Hidrogen, sehingga reaksi nya :
½ N2(g) + 1 ½ H2(g) →
NH3 ∆H
= -46 kJ/mol
Karena
NH3 harus satu mol maka koefisien reaksi nitrogen dan hidrogen boleh
dituliskan sebagai pecahan. Energi yang dilepaskan sebesar 46 kJ/mol disebut
kalor pembentukan Ammonia (NH3).
Kalor
penguraian adalah kalor yang menyertai penguraian 1 mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya. Contoh dari kalor penguraian adalah :
HF(g) + ½ H2(g) →
½ F2(g) ∆H
= +271 kJ/mol
Kalor
penetralan adalah kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan (asam-basa). Contohnya :
HCl(aq) +
NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = +121 kJ/mol
Kalor
reaksi adalah kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana. Contohnya :
3 H2(g) +
N2(g) → 2 NH3 ∆H = - 92 kJ/mol
Besarnya kalor reaksi
bergantung pada jumlah zat yang bereaksi, keadaan fisika, temperatur, tekanan,
dan jenis reaksi (Ptetap atau Vtetap).
Kalor pelarutan terbagi atas dua jenis yaitu,
kalor pelarutan integral dan kalor pelarutan differensial. Kalor pelarutan
integral merupakan kalor yang timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat
dalam pelarut. Besarnya kalor pelarutan tergantung jumlah mol pelarut dan
jumlah zat terlarut. Sedangkan kalor pelarut differensial merupakan kalor yang
timbul atau diserap jika n2 mol zat terlarut dilarutkan dalam n1
mol pelarut, maka besarnya kalor pelarut integral pada P dan V tertentu
merupakan fungsi n1 dan n2.
Pada
percobaan kali ini, dilakukan empat kali percobaan, yaitu penentuan tetapan
kalorimeter, penentuan kalor Zn + CuSO4, penentuan kalor pelarutan
air dan etanol dan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH ( asam kuat dan basa
kuat ). Percobaan ini digunakan kalorimeter yang digunakan untuk mengukur
jumlah kaloryang diserap atau yang dilepaskan, dan kalorimeter juga mempunyai
sifat yang khas dalam mengukur panas, karena kalorimeter dapat menghisap panas
yang diserap sehingga semua panas terukur.
4.2.1 Penentuan tetapan kalorimeter
Penetuan
tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan cara mencampurkan air dingin dan air
panas yang telah diukur suhunya yang memiliki selisih 10ᵒC
kedalam kalorimeter. Setelah dicampurkan, diaduk atau dikocok. Pengadukan ini
dilakukan untuk mempercepat jalan nya reaksi antara air panas dan air dingin.
Diamati temperatur air didalam kalorimeter selama 10 menit dengan selang waktu
1 menit. Pengukuran waktu yang menggunakan stopwatch dilakukan bersamaan dengan
menuangkan air panas kedalam kalorimeter. Dilakukan pengukuran suhu dilakukan
selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit agar dapat mengetahui perubahan
kalor yang terjadi. Pada proses ini tidak terjadi proses kimia, tetapi terjadi proses fisika. Karena kenaikan
temperatur air dingin dapat dihitung dengan menggunakan pengurangan temperatur
maksimum yang konstan dengan temperatur air dingin. Sedangkan penurunan
temperatur air panas dapat dihitung dengan menggunakan pengurangan temperatur
air panas dengan suhu maksimum konstan. Pada percobaan ini dilakukan secara
triplo, hasil tetapan kalorimeter pada percobaan ini adalah sebesar 28,459 J/K,
51,897 J/K dan 26,785 J/K.
4.2.2 Penentuan kalor reaksi Zn +
CuSO4
Penentuan
reaksi kalor Zn + CuSO4 dapat dilakukan dengan cara memasukkan
larutan CuSO4 1 M sebanyak 40 mL kedalam kalorimeter. Dicatat
temperaturnya selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui kenaikan atau penurunan suhu CuSO4 setiap selang
waktu 0,5 menit (30 detik). Kemudian bubuk Zn yang sudah ditimbang dengan
teliti sebanyak 3 gr, di masukkan kedalam larutan CuSO4 atau kedalam
kalorimeter. Hal ini bertujuan untuk mereaksikan Zn dengan CuSO4. Dan
dikocok. Pengocokan ini dilakukan untuk mempercepat jalannya reaksi antara Zn
dan CuSO4. Dicatat temperatur dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran selama 10 menit. Pada percobaan yang telah dilakukan, dengan
menambahkan Zn, maka temperatur larutan di kalorimeter semakin meningkat.
Kenaikan temperatur nya antara 0,5ᵒC - 1ᵒC. Perubahan
konsentrasi awal dan akhir larutan adalah perubahan kalor yang terjadi. Jika
dilihat dari perubahan temperatur, dapat disimpulkan bahwa reaksi antara Zn +
CuSO4 bersifat endoterm, adanya kenaikan temperatur menunjukkan
bahwa adanya kalor yang diserap pada reaksi tersebut. Sementara jika dilihat
dari perubahan panas yang dihasilkan bernilai positif maka semakin memperkuat
bahwa reaksi yang terjadi bersifat endoterm, yaitu reaksi yang memerlukan
kalor. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai kalor reaksi dari 40 mL
CuSO4 1 M dengan Zn(s) 3 gr. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah : Zn + CuSO4 →
ZnSO4 + Cu
Pada
percobaan ini didapat nilai ∆H(perubahan panas) sebesar 5101,57
J/mol.
4.2.3 Penentuan kalor pelarutan
etanol dalam air
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kalor pelarutan etanol dalam air. Percobaan ini dilakukan
dengan cara memasukkan air kedalam kalorimeter, diukur temperaturnya selama 2
menit dengan selang waktu 0,5 menit. Diukur temperatur etanol dalam gelas
beaker, dimasukkan dengan tepat 29 mL etanol kedalam kalorimeter, dan dikocok.
Setelah itu, dicatat temperatur selama 4 menit dengan selang waktu 0,5 menit.
Pada percobaan terjadi kenaikan suhu awal ke suhu campuran (29ᵒC-34ᵒC),
maka reaksi ini merupakan reaksi yang menyerap kalor (endoterm). Percobaan
dilakukan dengan berbagai perbandingan volume, dimana volume air diperbesar
sedangkan volume etanol diperkecil, maka semakin besar ∆H
pelarutannya dan jika nilai perbandingan mol air dengan mol etanol semakin
besar, maka ∆H
reaksi nya pun semakin besar. Pada percobaan ini didapat nilai ∆H
sebesar 1592,55 J/mol untuk Vair 18 mL dan Vetanol 29 mL,
2569,9 J/mol untuk Vair 27 mL dan Vetanol 19,3 mL dan
4858,4088 J/mol untuk Vair 36 mL dan Vetanol 14,5 mL.
4.2.4 Penentuan kalor penetralan
HCl dan NaOH
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan kalor penetralan HCl dan NaOH. Percobaan ini
dilakukan dengan cara memasukkan 20 mL HCl 2 M kedalam kalorimeter. Dicatat
suhunya. Diukur 20 mL NaOH 2,05 M. Dicatat temperaturnya, dan diatur suhunya
agar sama dengan suhu HCl (28ᵒC). Dicampurkan basa ini kedalam kalorimeter dan
diaduk, dicatat suhunya selama 5 menit dengan selang waktu 0,5 menit. Jika HCl
direaksikan dengan NaOH maka akan menghasilkan NaCl dan air.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Pada
percobaan ini yang bertindak sebagai sistem adalah HCl dan NaOH dan yang
bertindak sebagai lingkungan adalah air dan sebagai medium pelarut kedua zat
tersebut. Pada reaksi tersebut suhu larutan meningkat dari suhu awal, hal ini
terjadi karena pada saat reaksi terjadi pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan
oleh sistem reaksi (NaOH dan HCl) diserap oleh lingkungan pelarut dan material
lain (kalorimeter). Akibatnya suhu lingkungan naik yang ditunjukkan oleh
kenaikan suhu larutan. Jadi dalam percobaan tersebut yang diukur bukanlah suhu
sistem, tapi suhu lingkungan tempat terjadinya reaksi, sedangkan sistem pada
reaksi tersebut suhunya turun dan mencapai keadaan stabil membentuk NaCl dan H2O.
Pada
ini didapat nilai ∆H sebesar 43591,25 J/mol.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
percobaan ini didapat nilai tetapan kalorimeter sebesar 28,459 J/K, 51,897 J/K
dan 26,785 J/K. Pada percobaan penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4 didapat
nilai ∆H
sebesar 5101,57
J/mol. Pada percobaan pelarutan etanol dalam air didapat nilai ∆H
sebesar 1592,55 J/mol untuk Vair 18 mL dan Vetanol 29 mL,
2569,9 J/mol untuk Vair 27 mL dan Vetanol 19,3 mL dan
4858,4088 J/mol untuk Vair 36 mL dan Vetanol 14,5 mL. Dan
pada percobaan penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH didapat nilai ∆H
sebesar 43591,25 J/mol.
5.2
Saran
Disarankan
untuk percobaan berikutnya, dilakukan penetralan selain untuk asam kuat dan
basa kuat, misalnya dilakukan penetralan larutan yang bersifat asam kuat-basa
lemah atau asam lemah-basa kuat. Jika percobaan penetralan dilakukan dengan
sifat asam-basa yang berbeda, jadi kita dapat membandingkan nilai perubahan
temperatur dari sifat asam-basa yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty,
R.A dan Daniel, F . 1992 . “ Kimia Fisika “ . Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah :
Sudja . Erlangga . Jakarta
Atkins,
P.W . 1990 . “ Kimia Fisika “ . Jilid I . Edisi 6 . Penerjemah : Kartohadiprojo
. Erlangga . Jakarta
Basri,
S . 2002 . “ Kamus Lengkap Kimia “ . Rineka Cipta . Jakarta
Brady,
J.C . 1999 . “Kimia Universitas : Asas dan Struktur“ . Jilid I . Edisi 5 .
Penerjemah : Sukmanah, Ramiarti, Anas dan Sally . Binarupa Aksara . Jakarta
Oxtoby,
D.W, Gills, H.P dan Nachtrieb, N.H . 2001 .” Prinsip-prinsip Kimia Modern “ .
Jilid II . Edisi 6 . Penerjemah : Suminar . Erlangga . Jakarta
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
·
Pembuatan larutan
a. Larutan
CuSO4 1 M
Diketahui
: M CuSO4 = 1 M
V CuSO4 = 50 mL
Mr CuSO4 = 159,62 gr/mol
Ditanya : m . . . . . . . . ?
Jawab : M = x
1 M =
m = 7,981 gr
b. Larutan
HCl 2M
Diketahui : M1
= 12,06 M
M2
= 2 M
V2
= 50 mL
Ditanya : V1 .
. . . . . . . ?
Jawab : M1V1 = M2V2
12,06
M . V1 = 2 M . 50 mL
V1 = 8,29 mL
c. Larutan
NaOH 2,05 M
Diketahui
: M NaOH = 2,05 M
V
NaOH = 50 mL
Mr
NaOH = 40 gr/mol
Ditanya
: m . . . . . . . . ?
Jawab : M = x
2,05
M =
m = 4,1 gr
·
Penentuan tetapan kalorimeter pada T = 28ᵒC
dan 38ᵒC
Diketahui
: ρ
air = 0,9941 gr/mL
c air = 4,21 J/gr.K
T1 (air dingin) = 28ᵒC = 301 K
T2 (air panas) = 38ᵒC = 311 K
T3 (campuran) = 31,6ᵒC = 304,6 K
Ditanya : K1 . . . . . . ?
Jawab : 1. m air = ρ.V
= 0,9941 gr/mL . 20
mL
= 19,882 gr
2. kalor yang diserap air dingin (q1)
q1 = m . c
. ∆T
= 19,882 gr .
4,21 J/gr.K (304,6 – 301) K
= 301,33 J
3.
Kalor yang dilepas air panas (q2)
q1 = m . c . ∆T
= 19,882 gr
. 4,21 J/gr.K (311 – 304,6) K
= 585,92 J
4. kalor yang diserap kalorimeter
q3
= q2 – q1
=
(585,92 – 301,33) J
= 284,59 J
5.
tetapan kalorimeter
K1 =
=
= 28,459 J/K
Ø Pada
T 29ᵒC
dan 39ᵒC
Diketahui
: ρ
air = 0,9941 gr/mL
c air = 4,21 J/gr.K
T1 (air dingin) = 29ᵒC = 302 K
T2 (air panas) = 39ᵒC = 312 K
T3 (campuran) = 30,9ᵒC = 303,9 K
Ditanya : K2 . . . . . . . . ?
Jawab : 1. m air = ρ.V
= 0,9941 gr/mL . 20
mL
= 19,882 gr
2. kalor yang diserap air dingin (q1)
q1 = m . c
. ∆T
= 19,882 gr .
4,21 J/gr.K (303,9 – 302) K
= 159,03 J
3.
Kalor yang dilepas air panas (q2)
q2 = m . c . ∆T
= 19,882 gr
. 4,21 J/gr.K (312 – 303,9) K
= 678 J
4. kalor yang diserap kalorimeter
q3
= q2 – q1
=
(678 – 159,03) J
= 518,97 J
5.
tetapan kalorimeter
K2 =
=
= 51,897 J/K
Ø Pada
T 29ᵒC
dan 39ᵒC
Diketahui
: ρ
air = 0,9941 gr/mL
c air = 4,21 J/gr.K
T1 (air dingin) = 29ᵒC = 302 K
T2 (air panas) = 39ᵒC = 312 K
T3 (campuran) = 32,4ᵒC = 305,4 K
Ditanya : K3 . . . . . . . . ?
Jawab : 1. m air = ρ.V
= 0,9941 gr/mL . 20
mL
= 19,882 gr
2. kalor yang diserap air dingin (q1)
q1 = m . c
. ∆T
= 19,882 gr .
4,21 J/gr.K (305,4 - 302) K
= 284,59 J
3. Kalor yang dilepas air panas (q2)
q2 = m . c .
∆T
= 19,882 gr
. 4,21 J/gr.K (312 – 305,4) K
= 552,44 J
4. kalor yang diserap kalorimeter
q3
= q2 – q1
=
(552,44 – 284,59) J
= 267,85 J
5.
tetapan kalorimeter
K3 =
=
= 26,785 J/K
·
Penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4
Diketahui
: Tcampuran = 35,85ᵒC = 308,85 K
K2 =
51,897 J/K
Tawal
= 302,125 K
Ditanya
: ∆H
. . . . . . . ?
Jawab
: 1. Kalor yang diserap kalorimeter (q1)
q1
= K . ∆T
=
51,897 J/K . ( 308,85 – 302,125) K
=
349 J
2.
kalor yang diserap larutan (q2)
ρ
ZnSO4 = 1,14 gr/mL
c
ZnSO4 = 3,52 J/gr . K
m
larutan = ρ . V
=
1,14 gr/mL . 40 mL
= 45,6 gr
q2
= m . c ∆T
=
45,6 gr . 3,52 J/gr . K (308,85 – 302,125) K
=
1079,44 J
3.
q total = kalor yang dihasilkan
oleh reaksi
q3 = q1 +
q2 = (349 + 1079,44) J = 1428,44 J
4.
n ZnSO4 =
=
=
0,28 mol
5.
kalor akhir reaksi
∆H
=
=
=
5101,57 J/mol
·
penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
diketahui
: Vcampuran = 40 mL
ρcampuran = 1,03 gr/mL
mcampuran = 41,2 gr
Tcampuran = 37,1ᵒC
= 310,1 K
Tawal larutan = 28ᵒC
= 301 K
Ditanya : ∆H . . . . . . . . . ?
Jawab : 1. Kalor yang diserap larutan (q1)
q1 = m . c . ∆T
= 41,2 gr . 3,96 J/gr.K (310,1 – 301) K
= 1484,68 J
2. kalor yang diserap kalorimeter (q2)
q2 = K . ∆T
= 28,459 J/K
(310,1 – 301) K
=
258,97 J
3.
kalor yang dihasilkan (q3)
q3 = q1 + q2
= (1484,68 + 258,97) J
= 1743,65 J
4. kalor penetralan
∆Hn
=
=
=
43591,25 J/mol
·
penentuan kalor pelarutan etanol dalam
air
diketahui
: ρ air = 0,9941 gr/mL
c air = 4,21 J/gr.K
ρ etanol = 0,8172 gr/mL
c etanol = 1,92 J/gr.K
K = 26,785 J/K
Ditanya : ∆H . . . . . . . . ?
Jawab : untuk variasi I ( Vair = 18 mL ; Vetanol
= 29 mL)
T1 = Tair = 26ᵒC
= 299 K
T2 = T etanol = 29ᵒC
= 302 K
T3 = Tcampuran = 32,5ᵒC
= 305,5 K
v m
air = ρ . V
= 0,9941 gr/mL . 18 mL
= 17,8938 gr
v m
etanol = ρ . V
=
0,8172 gr/mL . 29 mL
=
23,6988 gr
v n
etanol =
=
=
0,51 mol
1. kalor
yang diserap air (q1)
q1 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
17,8938 gr . 4,21 J/gr.K (305,5 – 299) K
=
489,66 J
2. kalor
yang diserap etanol (q2)
q2 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
23,6988 gr . 1,92 J/gr.K (305,5 – 299) K
=
295,76 J
3. kalor
yang diserap kalorimeter (q3)
q3 = K .∆T
=
K (T3 – )
=
26,785 J/K (305,5 – ) K
=
26,785 J/K (305,5 – 300,5) K
=
133,925 J
4. qtotal
= q1 + q2 + q3
=
(489,66 + 295,76 + 26,785) J
=
812,205 J
5. ∆H
=
=
=
1592,55 J/mol
Untuk
variasi II (Vair = 27 mL ; Vetanol = 19,3 mL)
T1 = Tair = 29ᵒC
= 302 K
T2 = T etanol = 27,25ᵒC
= 300,25 K
T3 = Tcampuran = 34ᵒC
= 307 K
v m
air = ρ . V
= 0,9941 gr/mL . 27 mL
= 26,8407 gr
v m
etanol = ρ . V
=
0,8172 gr/mL . 19,3 mL
=
15,7719 gr
v n
etanol =
=
=
0,34 mol
1. kalor
yang diserap air (q1)
q1 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
26,8407 gr . 4,21 J/gr.K (307 - 302) K
=
564,996 J
2. kalor
yang diserap etanol (q2)
q2 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
15,7719 gr . 1,92 J/gr.K (307 - 302) K
=
151,410 J
3. kalor
yang diserap kalorimeter (q3)
q3 = K .∆T
=
K (T3 – )
=
26,785 J/K (307 – ) K
=
26,785 J/K (5,875) K
=
157,36 J
4. qtotal
= q1 + q2 + q3
=
(564,996 + 151,410 + 157,36) J
=
873,776 J
5. ∆H
=
=
=
2569,9 J/mol
Untuk
variasi III (Vair = 36 mL ; Vetanol = 14,5 mL)
T1 = Tair = 28ᵒC
= 301 K
T2 = T etanol = 27ᵒC
= 300 K
T3 = Tcampuran = 34ᵒC
= 307 K
v m
air = ρ . V
= 0,9941 gr/mL . 36 mL
= 35,7876 gr
v m
etanol = ρ . V
=
0,8172 gr/mL . 14,5 mL
=
11,8494 gr
v n
etanol =
=
=
0,25 mol
1. kalor
yang diserap air (q1)
q1 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
35,7876 gr . 4,21 J/gr.K (307 - 301) K
=
903,9947 J
2. kalor
yang diserap etanol (q2)
q2 = m . c .
∆T
=
m . c (T3-T1)
=
11,8494 gr . 1,92 J/gr.K (307 - 301) K
=
136,5050 J
3. kalor
yang diserap kalorimeter (q3)
q3 = K .∆T
=
K (T3 – )
=
26,785 J/K (307 – ) K
=
26,785 J/K (6,5) K
=
174,1025 J
4. qtotal
= q1 + q2 + q3
=
(903,9947 + 136,5050 + 174,1025) J
=
1214,6022 J
5. ∆H
=
=
= 4858,4088 J/mol
2 comments:
makasih kakak senior untan :)
:) welcome
sorry baru bisa direplay
Post a Comment