Tugas Terstruktur Kimia Anorganik I
Mini
Review:
“LOGAM DALAM SISTEM BIOLOGI”
Disusun oleh:
Yovita Novi H23111014
Siti Khadijah H23111013
Priskila Wanda H23111010
Prodi :Kimia
Reguler B
Dosen Pengampu :Adhitiyawarman,S.Si, M,Si
Sumber
: Cotton dan
Wilkinson
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
Logam Dalam Sistem Biologi.
Kimia
Anorganik tidak hanya mempelajari tentang logam-logam adanya saja. An dalam anorganik menunjukan bahwa yang
terdapat didalamnya adalah materi-materi yang berupa non organik, dimana materi
organik adalah yang mudah dicerna oleh alam, sedangkan materi anorganik adalah
materi yang sulit dicerna oleh alam, dengan pengecualian, untuk mempercepat
proses pencernaannya, dibutuhkan bantuan dari materi lain ataupun reagensia
tertentu yang dapat mengolahnya, karena memang, kimia anorganik sangat erat
hubungannya dengan materi-materi berupa logam, ssehingga, yang digunakan adalah
reagensia yang dapat menghancurkan logam.
Biokimiaa
bukanlah semata-mata suatu perluasan dari kimia organik.. kimia kehidupan
melibatkan, dalam hal hakiki dan sangat dibutuhkan, banyak kimiawi unsur-unsur,
termasuk logam. Pentingnya natrium, kalsium, dan besi telah lama dekenal, namun
banyak yang lainnya, khususnya Cu, Zn, Mn, Mo, dan Co perlubagi kehidupan.
Aspek-aspek utama dalam sistem biologi biasanya disebut Kimia Bioanorganik.
A.Kimia
Bioanorganik Besi
Besi tentu saja adalah logam berat atau logam transisi
yang paling tersebar luas dalam sistem hidup. Senyawaannya ikut serta dalam
berbagai aktivitas. Du fungsi utama bahan yang mengamndung besi adalah:
1. Pengangkutan
oksigen, dan
2. Mediasi
dalam rantai pemindahan elektron.
Demikian banyak besi
diperlukan untuk tujuan diatas, dimana juga terdapat suatu sistem kimia untuk
menyimpan dan mengangkut besi. Besi dapat sebagai heme, kompleks porfirin,
dengan struktur gambarnya sebagai berikut:
Gb.Struktur Heme
a.
Protein Heme
Gugus heme berfungsi dalam semua kasus dalam
asosiasi yang erat dengansuatu molekul. Protein heme yang utama yaitu:
1. Hemoglobin
2. Mioglobin
3. Sitokrom
4. Enzim
seperti katalase dan peroksidase.
Hemoglobin dan Mioglobin. kedua
protein tersebut berkaitan erat. Hemoglobin memiliki bobot molekul 64.000 dan
terdiri atas empat subsatuan, masing-masing mengandung satu gugus heme.
Mioglobin sangat mirip dengan salah satu subsatuan hemoglobin, yang salah satu
seperti pada gambar berikut:
Gb.Hemoglobin dan
Mioglobin
Hemoglobin
sangat memiliki dua fungsi, yaitu (1) ia mengikat molekul-molekul oksigen pada
atom besinya dan mengangkutnya dari aru-paru ke otot dimana mereka
mengantarkannya ke molekul Mioglobin. Molekul ini menyimpan oksigen sampai
diperlukan bagi aksi metabolik, (2) hemeglobin kemudian menggunakan gugus amino
tertentu untuk mengikat CO2 dan membawanya kembali ke paru-paru.
Gugus
heme melekat pada protein baik dalam
hemoglobin maupun mioglobin melalui atom nitrogen histidin yang terkoordinasi,
F8, gambar: letak trans terhadap atom
nitrogen histidin ditempati oleh sebuah molekul air dalam spesies deoksi atau O2
dalam spesies teroksigenasi. Struktur penggunaan Fe-O2 masih tidak
diketahui, namun perubahan dalam tingkat oksidasi besi dan pengenalan oksigen
(dan ligan lainnya) menyebabkan perubahan yang penting dalam struktur heme,
yang seperti yang terperikan dibawah ini.
Hemoglobin
tidak hanya suatu wadah pasif bagi oksigen namun suatu mesin molekul yang
rumit. Hal ini mungkin dapat diterima dengan membandingkan afinitas O2
terhadap mioglobin.
Bagi mioglobin(Mb)
diperoleh kesetimbangan sederhana berikut:
Mb+O2= MbO2 K=[MbO2]/[Mb.O2]
Jika
f mewakili fraksi molekul mioglobin yang memakai oksigen dan P mewakili tekana
parsial, kemudian k=f /( i-f) dan f=KP / 1 +KP, ini adalah persamaan bagi kueva
hiperbola yang ditandai Mb. Hemoglobin dengan keempat subsatuan lebih mempunyai
perilaku kompleks.,lebih kurang mengikuti persamaan: f=KPn / 1+KPn
n, dimana nilai pasti n bergantung kepada pH. Jadi, untuk hemoglobin(Hb) kurva
ikatan oksigen adalah sikmiodal. Kenyataan bahwa n melampaui satu dapat
dianggap secara fisik berasal dari kemyataan bahwa perlekatan O2
pada satu gugus heme menaikan tetapan tetapan untuk O2 berikutnya,
yang pada gilirannya menaikan tetapan bagi yang seterusnya.
Meskipun
Hb kira-kira sama baik dengan Mb sebagai pengikat O2 pada tekanan O2
yang tinggi itu jauh lebih buruk pada tekanan rendah yang umum dalam otot, dan
dengan demikian, melewatkan oksigennya ke Mb seerti yang diperlukan. Kemudian,
kebutuhan O2 akan paling besardalam jaringan yang telah menggunakan
O2 dan secara serentak menghasilkan CO2. CO2 merendahkan
H, jadi menyebabkan Hb bahkan melepaskan lebih banyak O2 keada Mb.
Kepekaan pH(efek Bohr), seperti halnya kenaikan yang nyata ada tetapan
pengikatan O2 dalam Hb, adalah sehubungan dengan interaksi antara
sub satuan; Mb berlaku lebih sederhana karena ia hanya terdiri atas satu
satuan. Jelaslah bahwa satu dari keduanya penting dalam proses pengangkutan O2
yang sempurna. CO, PF3, dan sebagian kecil zat lain adalah racun,
karena mereka menjadi terikat pada atom-atom besi Hb lebih kuat daripada O2;
pengaruhnya adalah salah satu inhibisi kompetitif.
Telah
diketahui sebagian mengenai cara dimana interaksi keempat subsatuan dalam Hb
menaikan kerja sama dalam pengikatan O2 dan pada pengaruh
Bohr(ketergantungan pH), yang keduanya sangat penting bagi peranan Hb.
Mekanismenya sangat rumit, namun salah satu keistimewaannya bergantung langsung kepada kimia koordinasi
yang bersangkutan. Deoksihemoglobin memiliki penyebaran elektron spin tinggi,
dengan satu elektron mengisi orbital dx2-y2 yang terarah
langsung menuju keempat atom nitrogen porfirin. Adanya elektron ini dalam
pengaruhnya menaikan jari-jari besi dalam arah ini dengan menolak pasangan
elektron menyendiri dari atom-atom nitrogen. Jadi atom besi dalam
deoksihemoglobin memiliki koordinasi piramidal bujur sangkar.
Bilamana
suatu molekul oksigen terikat pada atom besi, ia mengisi letak yang
berseberangan dengan atom nitrogen-imidazole. Adanya ligan keenam ini mengubah
kekuatan medan ligan, dan atom besi ketingkat spin rendah, dimana enam elektron
d mengisi orbital-orbital dxy, dyz, dan dzx. Orbital dx2-y2
kemudian kosong dan pengaruh sebelumnya dari suatu elektron yang mengisi
orbital ini dalam menolak atom nitrogen porfirin kemudian lenyap. Dengan
demikian ,atom besi dapat memyelip kedalam pusat dari cincin porfirin yang
kira-kira planar dan kompleks oktahedral yang penting terbentuk.
Pada saat atom besi berpindah, ia menarik cincin samping
imidazole histidin F8 bersamanya, jadi memindahkan cincin 0,75Å. Pergeseran ini
keudian ditransmisikan kebagian lain dari cincin protein yang memiliki F8 dan,
khususnya, suatu perpindahan yang besar rantai
samping fenolik dari tirosin HC2 dihasilkan. Dari sini berbagai
pergeseran atom dalam subsatuan yang bertetangga disebabkan, dan pergeseran ini
mempengaruhi kemampuan pengikatan- oksigen dari gugus heme dalam sebuah
subsatuan hemoglobin bertindak sebagai jenis “picu” , yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur yang luas dalam subsatuan lainnya.
Salah satu masalah yang
tidak terpecahkan mengenai pengikatan oksigen oleh hemoglobin mengenai
penggugusan struktur Fe-O2 . Yang linear tidak dapat dijadikan
patokan dan paling kurang mungkin. Tatanan mengapit mirip dengan struktur yang
dijumpai dalam beberapa kompleks O2 sederhana yang melibatkan logam
lain, seperti (PPh3)2(CO)C1IrO2. Meskipun
demikian, rantai yang bengkok tampaknya paling mungkin., karena O2
adalah isoelektronik dengan NO- , yang membentuk kompleks dengan
rantai CoIII – N – O bengkok, dan terdapat salah satu model
senyawaan yang cukup baik, suatu kompleks besi(II) porfirin dari O2,
dimana tatanan ini dijumpai.
Sitokrom. Ini
adalah protein heme, yang ditemukan dalam tumbuhan maupun hewan, bertindak
sebagai pembawa elektron. Dalam sitokrom, besi heme juga terkoordinasi oleh
sebuah atom nitrogen dari cincin imidazole pada salah satu sisi bidang cincin porfirin, namun sebagai
tambahan, ia terkoordinasi pada sisi lain dengan sebuah atom sulfur dari residu
methionin dalam bagian rantai protein yang berbeda. Jadi kemampuan yang besar
dalam pengikatan oksigen terhenti.
Enzim yang Mengandung Heme. Katalase dan peroksidase mengkatalisasi dekomposisi hydrogen
peroksida:
2H2O2 →
2H2O + O2 (katalase)
H2O2 + AH2 → 2H2O +
A (peroksidase; AH2
= a co-enzim)
b.
Protein Besi nonHeme
Ini
adalah protein-protein yang mengandung atom-atom besi fungsional yang terikat
kuat, namun tidak mengandung porfirin. Atom-atom besi terikat oleh atom-atom
sulfur. Protein ini semuanya ikut serta dalam tahapan-tahapan pemindahan
elektron.
Rubredoksin.
Senyawaan ini ikut serta dalam sejumlah
reaksi redoks biologis, khususnya dalam bakteri anaerob. Salah satu jenis yang
penting adalah yang diisolasi dari bakteri C. pasturianum. Ia memiliki bobot sekitar 6000 dan terdiri atas sebuah
rantai peptide tunggal dari 53 residu asam amino ditambah satu atom besi.
Ferredoksin.
Ini adalah protein yang relative kecil (bobot molekul 6.000 – 12.000) yang
mengandung atom-atom besi yang terikat oleh sulfur, dan seperti rubredoksin
ikut serta dalam rantai pemindahan elektron. Memang rubredoksin secara logis
dapat dianggap sebagai salah satu jenis ferredoksin.
Protein Besi Berpotensi Tinggi . protein-protein
ini, yang disebut HiPIP memiliki potensial redoks sekitar 0,75 V lebih positif
daripada ferredoksin. Meskipun demikian, paling sedikit dalam satu kasus, dan
mungkin seluruhnya, mereka mengandung satuan Fe4S4
(S-sis) yang sama. Kurungan Fe4S4, C, dapat terjadi dalam
tiga tingkat oksidasi, C, C+, dan C-. Dalam HiPIP
tereduksi dan ferredoksi teroksidasi, diperoleh C. kedua reaksi redoks,
kemudian adalah,
HiPIP : C+ + e = C E0 ≈ 0,35 V
Ferredoksin : C + e = C- E0 ≈ -0,40
Ada dukungan terhadap
hipotesisi ini dari perbandingan
struktur kurungan Fe4S4 secara terinci dalam ferredoksin
teroksidasi dan dalam HiPIP teroksidasi dan tereduksi.
Penyediaan
dan Pengangkutan Besi
Metabolisme
besi memerlukan ketentuan bagi penyimpanan dan pengangkutan besi. Dalam manusia
dan dalam banyak hewan tingkat tinggi lainnya, bahan simpananya adalah ferritin dan hemosiderin. Ini berada dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
Ferritin adalah senyawaan Kristal yang larut dalam air, terdiri atas pelepah
protein bulat, dengan garis tengah dalam ~ 75 Å dan garis tengah luar ~ 120Å,
yang pada giliranya membangun ~ 20 subsatuan. Didalam pelepah ini terdapat
suatu benang-benang koloid Fe2O3- H2O –
fosfat. Sampai 23 % dari berat kering adalah besi ; bagian protein sendiri,
yang disebut apoferritin, adalah stabil, mengkristal, dan memiliki bobot
molekul sekitar 450.000. hemosiderin meskipun mengandung bagian “besi
hidroksida” yang lebih besar, namun susunanya beragam dan sukar ditetapkan
dalam bandingan dengan susunan ferritin.
Transferrin
adalah protein yang mengikat besi ferri sangat kuat dan mengangkutnya dari
ferritin ke sel-sel darah merah dan sebaliknya. Besi lewat diantara ferritin
dan transferring sebagai Fe2+ , namun rincian proses redoks tidak
jelas.
Dalam mikroorganisme, besi diangkut oleh zat yang
disebut ferrikrom dan ferrioksamin. Yang pertama adalah asam
trihidroksamat di mana tiga gugus hidroksamat terletak pada ketiga rantai
samping sebuah heksapeptida siklik. Yang belakangan, memiliki ketiga gugus
hidroksamat sebagai bagian dari rantai peptida, yang mungkin siklik atau
asiklik.
Pentingnya gugus ini diturunkan dari kemampuannya yang
luar biasa untuk mengkelat Fe(III) dan
kemungkinan melewatkannya melalui membran sel, jadi membawa besi dari sumber
anorganik, seperti Fe2O3.xH2O, ketitik yang
membutuhkan dalam sel-sel
B.
METALOENZIM
Tinjauan
dan Definisi
Beberapa
enzim menggabungkan satu atau lebih logam dalam struktur normalnya. Ion logam
tidak semata-mata ikut serta dalam kompleks enzim substrat ada, namun merupakan
bagian permanen dari enzim. Atom logam, atau paling sedikit salah satu atom
logam bilamana terdapat dua atau lebih, terjadi pada atau sangat dekat dengan
tempat aktif (tempat pengikatan, substrat yang bereaksi) dan berperan dalam
keaktifan enzim. Suatu enzim disebut metaloenzim.
Logam
–logam berikut telah ditemukan dalam metaloenzim: Ca, Mn, Fe, Cu, Zn, dan Mo.
Meskipun Co2+ dalam metaloenzim seng, dengan retensi atau bahkan
penambahan keaktifan, kehadiran sebenarnya Co2+ dalam enzim asli
adalah sangat langka. Logam – logam yang paling umum digunakan adalah Zn, Fe,
dan Cu.
Metaloenzim
seng
Ion
seng terikat dalam suatu lingkungan tetrahedral terdistori, dengan dua atom
nitrogen histidin, sebuah atom oksigen karboksil glutamate dan sebuah molekul
air sebagai ligan. Perlu dicatat bahwa atom oksigen karbonil dari rantai
peptida yang diputuskan telah digantikan oleh molekul air dalam bulatan
koordinasi ion seng.
Metaloenzim
Tembaga dan Metaloprotein Lainnya
Enzim
tembaga paling banyak adalah oksidase, yaitu enzim yang mengkatalisis oksidasi.
Contoh- contohnya adalah: (1) Asam
askorbat oksidase (BM ≈140.000; 8 Cu) tersebar secara luas dalam
tanaman dan mikroorganisme. Ia
mengkatalisis oksidasi asam oksalat menjadi asam dehidroaskobrat. (2) sitrokrom
oksidase, penerima elektron terminal dalam jalur oksidatif sel mitokondria.
Enzim ini juga mengandung heme. (3) berbagai tirosinase, yang mengkatalisis
pembentukan pigmen (melanin) dalam sekelompok tanaman dan binatang.
Dalam
banyak binatang tingkat rendah, seperti kepiting dan cacing, molekul pembawa
oksigen adalah protein yang mengandung tembaga hemosianin (meskipun ia tidak
mengandung gugus heme, yang memiliki berat molekul yang sangat besar, dan
tampak terikat pada sebuah molekul O2, setiap dua atom Cu.
Sistem
Nitrogenase Bakteri
Fiksasi nitrogen biologis adalah reduktif. Kenyataan
penting yang ditetapkan menggunakan 15N2, yaitu produk
yang pertama dikenal adalah selalu NH3.
No comments:
Post a Comment